- Pelatihan Operasional dan Pengolahan Data Drone untuk Mendukung Pemanfaatan Air Bawah Tanah di Wilayah Karst
- Strategi dan Kebijakan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
- Benang Kusut Tata Ruang, Hulu Bencana Banjir dan Longsor
- Nilai Properti di Daerah Terdampak Banjir Turun 20 Persen
- Langgar Tata Ruang, Bencana Banjir dan Longsor Pun Berulang
Krisis Iklim Memperparah Bencana Banjir dan Longsor
JURNALISME DATA (4)
23 Februari 2023
Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah kejadian bencana hidrometeorologi terbesar ketiga di seluruh dunia. Salah satu penyebabnya adalah anomali iklim karena peningkatan suhu global. Bencana hidrometeorologi tercatat berdampak paling luas.
Menurut data pusat data bencana internasional, The International Disaster Database EM-DAT, cakupan bencana hidrometeorologi lebih dari 50 persen dari total kejadian bencana dunia, dengan total kerugian 1,67 triliun dollar AS. Kejadian bencana banjir dan longsor secara global juga terus meningkat.
Berdasarkan catatan The International Disaster Database EM-DAT, sepanjang periode 1900 hingga 2023, jumlah kejadian bencana naik drastis rata-rata kenaikannya mencapai 22 persen. Meningkatnya jumlah kejadian juga diikuti jumlah korban terdampak yang melejit hingga lebih dari 100 persen selama lebih dari satu abad terakhir.
Tidak hanya secara global, peningkatan risiko bencana banjir dan longsor juga dialami Indonesia. Indonesia menjadi negara nomor tiga di dunia, di bawah China dan India, yang kerap mengalami banjir dan longsor.
Semua kejadian bencana hidrometeorologi ini diperparah anomali iklim global. Seiring tren pemanasan global, krisis iklim berdampak pada peningkatan intensitas dan frekuensi bencana alam. Intensitas banjir yang terus meningkat dipengaruhi oleh curah hujan ekstrem. Hal ini juga turut meningkatkan risiko longsor.
Proyeksi IPCC hingga tahun 2050 menunjukkan besarnya kenaikan fenomena cuaca atau iklim ekstrem. Berdasarkan data NASA, suhu rata-rata permukaan bumi mengalami lonjakan yang besar.
Ketua Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Wiwandari Handayani mengatakan, penguatan kapasitas masyarakat akan kebencanaan hidrometeorologi perlu diperkuat melalui edukasi.
Kepala Studi Bencana UGM Muhammad Anggri Setiawan juga menyampaikan pentingnya edukasi dan adaptasi masyarakat yang tinggal di kawasan DAS terhadap tingginya risiko bencana banjir dan longsor di masa depan. Kenaikan jumlah kejadian bencana menjadi peringatan bagi semua negara di dunia. Di masa depan, risikonya akan semakin besar apabila krisis iklim tidak segera diatasi.
Sumber : https://www.kompas.id/baca/investigasi/2023/02/22/krisis-iklim-memperparah-bencana-banjir-dan-longsor