Memahami Ilmu Pengelolaan DAS Terpadu

Daerah Aliran Sungai (disingkat DAS, bahasa Inggris: drainage basin) ialah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut (sumber: id.wikipedia.org). Aliran DAS mirip guratan pada selembar daun di bagian bawah, dari aliran air yang kecil-kecil di bagian lereng dekat punggungan bukit, kemudian bergabung menjadi aliran yg lebih besar, dan akhirnya menyatu menjadi satu aliran sungai menuju muara laut.

Sebelum memahami ilmu pengelolaan DAS, ada beberapa ilmu dasar yang wajib dipelajari, seperti : klimatologi (sumber air hujan), geohidrologi (daerah tangkapan dan sumber mata air), siklus hidrologi (proses dari penguapan air menjadi hujan, mengalir di sungai, meresap ke dalam tanah dan akuifer, sampai menguap lagi), konservasi tanah dan air (perilaku tata guna lahan dan pengawetannya) dan sosial ekonomi masyarakatnya.

DAS yang baik dicirikan debit aliran air yang cenderung stabil dari waktu ke waktu, bahkan perbedaan debit pada puncak musim hujan dan musim kemarau tidak terlalu besar. Sebaliknya, DAS rusak apabila perbedaan debit aliran pada musim kemarau dan musim hujan sangat besar, bahkan kering saat musim kemarau dan banjir saat hujan. Selain banjir, kerusakan juga dapat dilihat dari kekeruhan air karena banyaknya sedimen terlarut akibat erosi tanah.

DAS yang baik dicirikan juga oleh banyaknya tutupan vegetasi (cover crop) di daerah hulu sampai hilir. Vegetasi inilah yang berperan utama meresapkan air ke dalam tanah, sekaligus menjernihkan air limpasan (runoff). DAS yang buruk apabila makin banyak alihfungsi dari vegetasi (hutan dan kebun) ke permukiman atau bangunan. Pertanian semusim yang tidak mematuhi kaidah konservasi juga berperan besar dalam kerusakan DAS, karena meningkatkan erosi dan mengurangi penyerapan air ke dalam tanah.

Memahami konsep DAS adalah cara berpikir memberikan solusi dari hulu sampai hilir. Kejadian di hilir tak lepas dari kejadian di hulu. Artinya, pengelolaan DAS dibulai dari kawasan hulu, kemudian ke tengah sampai hilir. Banyak kejadian banjir di perkotaan karena buruknya pengelolaan DAS di hulu. Makin parahnya kejadian banjir di hilir juga bisa disebabkan tata kelola aliran air sungai yang terhambat karena penyempitan oleh permukiman/bangunan, sedimentasi dan tumpukan sampah.

Maka, memahami pengelolaan DAS secara terpadu adalah memadukan ilmu alamiah (hidrologi dll) dengan berbagai aktifitas manusia dari berbagai sudut pandang dan sektor, terutama terkait dengan sosial ekonomi masyarakat di kawasan DAS. Secara teori bisa diaplikasikan, tapi secara sosial ekonomi berbeda, karena kebiasaan masyarakat yang bergantung dengan kehidupan ekonominya bertolak belakang dengan teori konservasi DAS. Maka disinilah muncul harapan pengelolaan DAS terpadu dalam bentu satu manajemen (one river management), Konsep ini sangat bagus, tapi implementasinya berbenturan banyak pihak, karena ada pengelola sungai berbeda dengan bantaran sungai. Ada pengelolaan pusat dan daerah. Ada berbagai aktifitas/bidang di kawasan DAS. Butuh kebijakan dan pemimpin yang tangguh dalam mengelola kawasan DAS secara terpadu, didukung oleh kinerja tim kerja yang profesional dan sesuai bidangnya.

Ditulis oleh : Muhamad Kundarto