- Pelatihan Operasional dan Pengolahan Data Drone untuk Mendukung Pemanfaatan Air Bawah Tanah di Wilayah Karst
- Strategi dan Kebijakan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
- Benang Kusut Tata Ruang, Hulu Bencana Banjir dan Longsor
- Nilai Properti di Daerah Terdampak Banjir Turun 20 Persen
- Langgar Tata Ruang, Bencana Banjir dan Longsor Pun Berulang
Vetiver Grass Tech: Solusi Mitigasi Tanah Longsor di Dusun Magirejo, Ngalang, Gunungkidul
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, warga Dusun Magirejo selalu dibayang-bayangi rasa cemas terhadap tanah longsor setiap musim hujan dan harus mengeluarkan dana dan waktu untuk mengatasi kerusakan akibat tanah longsor.
Dusun Magirejo terletak diantara lereng-lereng curam dan berbukit, pemukiman penduduk berjajar rapat dan berundak-undak memenuhi lereng. Dusun yang berada di Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul ini kerap diterjang tanah longsor ketika musim penghujan tiba. “Telah terjadi 9 kali longsor dalam kurun waktu 4 tahun terakhir” terang perangkat desa setempat. Tanah longsor telah memblokade jalan-jalan utama dan merobohkan beberapa rumah warga. Meskipun demikian, belum terdapat upaya secara intensif terkait mitigasi baik dari penduduk setempat maupun perangkat pemerintah bersangkutan.
Oleh karena itu, beberapa mahasiswa UGM merancang ide yang merupakan buah diskusi antar tim dan masyarakat melalui program Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dengan hibah pendanaan tahun 2021 dari Kemenristekdikti yakni Vetiver Grass Tech, program penanaman Vetiveria zizanioides di Dusun Magirejo di daerah rawan longsor. Tim berasal dari Fakultas Kehutanan UGM yang terdiri dari Khansa Hanun Afifah, Andrean Ardhitya Firnadi, Khairuddin Iqbal Suparta, Lu’lu-u Azizah Akma, dan Meitikasari. Rumput Vetiver atau yang biasa disebut Akar Wangi, Sereh Wangi, dan Loro Setu memiliki keistimewaan di bagian akar, umumnya untuk diekstrak minyak atsirinya dan dimanfaatkan akarnya secara langsung untuk kerajinan tangan. Namun di balik itu, rumput Vetiver memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah sehingga mampu menjadi tool untuk konservasi tanah dan air, termasuk dalam kasus ini adalah meminimalkan terjadinya erosi dan tanah longsor. Dengan dosen pembimbing Ratih Madya Septiana, S.Hut., M.Sc. kegiatan ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan sejak Juni – Agustus melalui tiga skema yaitu kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara daring dan bauran (daring & luring), kegiatan penanaman dilakukan secara luring terbatas dengan prokes ketat karena masih dalam masa pandemi Covid-19, dan koordinasi dengan mitra dilaksanakan secara daring.
Vetiver (Vetiveria zizanioides) sejenis rumput-rumputan yang di Indonesia dikenal dengan tanaman akar wangi, merupakan rumput yang tumbuh tegak dengan tinggi 1,5 sampai dengan 2,5 m, dan berkembang biak dengan cepat sehingga terbentuk rumpun-rumpun besar, memiliki akar yang mencapai lebih dari 3 m (bahkan di Thailand pernah ditemukan akar vetiver 5,2 m) (Agustin, 2009). Penggunaan rumput vetiver merupakan salah satu bentuk konservasi tanah dan air dengan pendekatan bioengineering metode vegetatif. Akar vetiver memiliki sistem perakaran unik, diketahui akarnya mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras. Di lereng-lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat. Cara kerja akar ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus lapisan tekstur tanah dan pada saat yang sama menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya. Kondisi ini bisa mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air. Akar Vetiver akan memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya penghancuran agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan, di samping itu dengan adanya perakaran vetiver akan meningkatkan daya penyerapan air di permukaan tanah sehingga jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah lebih besar. Selain akarnya, keberadaan rumput vetiver di permukaan tanah mampu menutup tanah agar terlindung dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, meningkatkan daya gesek sehingga aliran permukaan mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak.
Secara lebih spesifik, berikut karakteristik dan manfaat Vetiver
Karakteristik kemampuan tumbuh tanaman vetiver (Agustin J. 2009):
- temperatur ambien untuk rumput vetiver adalah -14 ̊C sampai dengan 55 ̊C
- rumput vetiver dapat tumbuh di daerah dengan kisaran intensitas curah hujan yang
- cukup tinggi, yakni 200 mm sampai dengan 5000 mm setiap tahun;
- tahan terhadap rentang pH tanah 3 sampai dengan 10,5 ;
- mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap kekeringan;
- toleran tumbuh pada ketinggian 500 meter sampai dengan 1500 m di atas permukaan laut
- tidak tahan terhadap naungan;
- dapat tumbuh dengan baik pada lahan berat (tasnah bertekstur lempung/liat) yang:
• asam, mengandung mangan dan alumunium;
• bersalinitas tinggi dan mengandung banyak natrium;
• mengandung logam berat seperti As, Cd, Co, Cr, Pb, Hg, Ni, Zn dan Se
Manfaat Tanaman Vetiver
1. Memperbaiki Struktur Tanah
Tanaman tersebut memiliki akar yang sangat dalam dan masif (Noor, dkk. 2011). Panjangnya dapat mencapai 3-4 meter di tahun pertama. Bentuk akar vetiver mampu mengikat tanah dan tanaman ini berpeluang tetap kokoh meski diterjang arus yang deras. Akarnya yang dalam sekali dan cepat tumbuh membuat vetiver sangat toleran terhadap kekeringan dan sangat cocok sebagai stabilisasi tanah dengan tingkat kemiringan yang curam. Meskipun vetiver sangat toleran terhadap beberapa keadaan ekstrim tanah dan iklim seperti rumput pada umumnya, tetapi vetiver tidak toleran terhadap tempat teduh. Batangnya kaku dan tegak mampu tetap berdiri meskipun di arus yang dalam. Ketika ditanam rapat, tanaman pagarnya yang lebat berguna sebagai penyaring sedimen yang efektif dan penyebar air. Selain itu, tanaman ini juga tahan terhadap hama, penyakit, dan api.
2. Vetiver Untuk Mitigasi Bencana
Vetiver memiliki sistem perakaran yang lebar, dalam dan kuat, juga pertumbuhan cepat dan biomassa yang banyak, adaptif terhadap kondisi yang ekstrim, mudah dibudidayakan, dan tidak berpotensi menjadi gulma sehingga tepat digunakan untuk memitigasi bencana hidrometerorologi, seperti erosi dan tanah longsor (Anonim, 2021).
3. Vetiver sebagai Bahan Kerajinan
Akar Vetiver dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk kerajinan yang unik dan menarik sehingga memiliki daya jual cukup tinggi. Akar wangi yang baik untuk dijadikan kerajinan adalah yang berusia 10 – 12 bulan karena panjangnya sudah mencapai 40 sentimeter sehingga memadai untuk ditenun sekaligus agar mengeluarkan wangi yang tahan lama. Setelah akar wangi di panen dan dibersihkan, akar-akar tadi ditenun (Anonim, 2011). Ukuran akar yang nggak sama besar justru menjadi kelebihan karena menjadikan tenunan bertekstur unik. Selain itu, vetiver juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan secara langsung tanpa ditenun terlebih dahulu seperti pembuatan souvenir.
4. Ekstraksi akar wangi ini juga dapat menghasilkan minyak atsiri.
Minyak akar wangi (vetiver oil) sebagai salah satu jenis minyak atsiri yang diekstrak dari bagian akar tanaman akar wangi (Vetiveria zizanoides) memiliki manfaat yang luas, seperti digunakan dalam parfum, kosmetik, sabun wangi, anti inflamasi, pencegah serangga, anti bakteri, dan bahan pembuatan insektisida (Baser dan Buchbauer dalam Haryono, 2018)
5. Vetiver untuk fitoremediasi.
Akar wangi ini juga sangat toleran pada cuaca ekstrim, pH tanah, tahan hama penyakit, sangat efisien menyerap nutrisi tanah dan toleran ditanah dengan kandungan logam berat sehingga sering dimanfaatkan untuk fitoremediasi lahan bekas tambang dengan mengakumulasi logam berat disekitarnya. Dengan ciri morfologis dan fisiologisnya yang luar biasa, Vetiver telah dengan sukses digunakan untuk merehabilitasi batuan limbah tambang dan fitoremediasi limbah tambang di berbagai negara (Truong et. all, 2011).
6. Bagian daunnya dapat menyerap karbon, bisa dijadikan pakan ternak, pengusir hama, bahan atap rumah, hingga bahan dasar kertas.
Mayoritas masyarakat Magirejo yang bertani/berkebun membuat program ini semakin diterima karena mudah bagi masyarakat dalam memahami dan mengerjakannya. Selain biaya yang relatif murah, rumput Vetiver juga mudah tumbuh dan adaptif. Pemeliharaan yang tidak sulit membuat Vetiver sebagai alat untuk memitigasi tanah longsor menjadi lebih unggul. Vetiver juga mudah dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat menyebar liar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya. Vetiver yang ditanam dengan metode konservasi tanah dan air untuk mitigasi tanah longsor tidak diperbolehkan dipanen akarnya. Apabila hal ini terjadi dapat menimbulkan efek yang kontradiktif, yaitu terjadinya kerusakan tanah. Namun, masyarakat dapat menanam Vetiver di lahan datar untuk dipanen dan dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan. Diharapkan melalui program Vetiver Grass Tech, tanah longsor yang sering terjadi di Desa Ngalang dapat berkurang frekuensinya. Kegiatan ini memiliki konsep berupa pemberdayaan karang taruna dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari sisi ekologi dan ekonomi lantaran dapat meminimalkan risiko bencana tanah longsor sekaligus meningkatkan perekonomian dengan penerapan bioteknologi penanaman akar wangi secara tepat guna.
Referensi:
Anonim. 2011. Java Vetiver Rootoil (Akar Wangi). Redaksi Buletin Kontrak Berjangka http://bappebti.go.id/artikel/detail/1040 diakses pada 27-08-2021 pukul 06.30 WIB.
Anonim. 2020. BALITBANGTAN Dukung Pemda Kabupaten Gowa Tanam Akar Wangi untuk Pencegahan Erosi dan Longsor http://balittro.litbang.pertanian.go.id/?p=7025. Diakses tanggal 21-02-2021 pukul 08.31 WIB.
Anonim. 2021. Lebih Dekat dengan Vetiver, Tanaman dengan Beragam Manfaat. Swadaya. https://www.swadayaonline.com/mobile/artikel/5061/Lebih-Dekat-dengan-Vetiver-Tanaman-dengan-Beragam-Manfaat/ diakses pada 19-08-2021 pukul 20.15 WIB.
Wibowo, A. 2020. Mitigasi Bencana dengan Tanaman Vetiver. Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan. BNPB. https://bnpb.go.id/berita/mitigasi-bencana-dengan-tanaman-vetiver diakses pada 19-08-2021 pukul 18.55 WIB.
Agustin J. 2009. Vetiver untuk Pengendalian Erosi dan Stabilitas Lereng. Subdit Teknik Lingkungan, Direktorat Bina Teknik, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Baser, K. H. C. dan Buchbauer, G., (2010). Hand Book of Essentials Oil Science, Technology, and Application. United States of America: CRC Press.
Haryono, Ernawati, E.E., dan Adella Hay. 2018. Kinerja Ekstraksi Minyak Akar Wangi dengan Metode Ultrasonikasi dan Soxhletasi. Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 2, No. 1: Hal. 1-6.
Noor Aspian, Vahlevi J., dan Fahturrozi. 2011. Stabilisasi Lereng untuk Pengendalian Erosi dengan Soil Bioengineering Menggunakan Akar Rumput Vetiver. Jurnal Poros Teknik. 3 (2):69-74.
Rully Wijayakusuma, 2007. Stabilisasi Lahan dan Fitoremediasi dengan Vetiver System, Green Design Seminar.
Truong, P., Van, T.T., Pinners, E., dan D. Booth. 2011. Penerapan Sistem Vetiver Buku Panduan Praktis. The Indonesian Vetiver Network.
Penulis : Tim VGT