Kerentanan Hidrologis pada Daerah Hulu DAS

Pemerintah Pemerintah Indonesia telah menetapkan 108 DAS Prioritas melalui SK. 328/Menhut-II/2009. Kemudian pada tahun 2015 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2015-2019) dan diprioritaskan penanganan pada 15 DAS. DAS Serayu merupakan salah satu dari 15 DAS kritis yang menjadi prioritas karena kerusakan yang terjadi di daerah hulu.
Daerah hulu sebagai kawasan konservasi berfungsi sebagai pemasok air dan sedimen bagi daerah yang ada dibawahnya. Selain itu juga berfungsi sebagai daerah resapan air (recharge area) yang idealnya berupa daerah dengan penutupan vegetasi hutan. Namun pada kenyataanya telah terjadi degradasi hutan, berupa alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian yang dikhawatirkan dapat menurunkan fungsi hidrologis DAS.

Bentuk Dan Penggunaan Lahan Desa Penanggungan : (a) Bentuk lahan pertanian; (b) Bentuk teras dan saluran air searah kontur; (c) Aktivitas manusia di Daerah Tangkapan Air ;(d) Mayoritas tanaman semusim seperti kentang

 

Sejak Bulan Maret 2017, dosen dan mahasiswa dari Laboratorium Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (PDAS) Fakultas Kehutanan UGM melakukan kegiatan penelitian di Desa Penanggungan, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara. Penanggungan merupakan desa yang terletak di daerah hulu DAS Serayu, Sub DAS Merawu. Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani dengan cara menggarap lahan-lahan yang berfungsi sebagai recharge area menjadi lahan pertanian. Pengolahan lahan dilakukan secara intensif berupa penggemburan tanah dengan cara dicangkul dan penggunaan pupuk maupun pestisida.
Selama pengamatan dari bulan Maret 2017 hingga bulan Februari 2018 di Daerah Tangkapan Air Hutan Pinus (DTA Hutan Pinus) dan Daerah Tangkapan Air Pertanian (DTA Pertanian), didapatkan data hidrologi. Data tersebut berupa data hujan dari hasil perekaman Automatic Rain Recorder (ARR) dan data aliran menggunakan bangunan Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS) tipe V-Notch. Pada masing-masing SPAS di kedua DTA dipasang alat perekam tinggi muka air (TMA) berupa logger. Berikut ini tabel respon hidrologi hulu DAS Serayu di Desa Penanggungan.

Respon Hidrologi Hulu DAS Serayu Di Desa Penanggungan

DTA Hutan Pinus memiliki aliran permukaan (tebal runoff) lebih tinggi daripada DTA Hutan Pinus. Sehingga air hujan yang tidak menjadi runoff pada DTA Hutan Pinus lebih tinggi daripada DTA Pertanian. Hasil yang didapatkan menunjukan keberadaan hutan memiliki peran penting dalam siklus hidrologi. Seperti mampu menampung dan meneruskan air kedalam tanah melalui proses infiltrasi. Selain itu keberadaan hutan juga dapat melepaskan air keatmosfer melalui proses evapotranspirasi.
Pengikisan tanah oleh air hujan yang jatuh di DTA Hutan Pinus cenderung lebih kecil disebabkan adanya tajuk pohon dan minimnya intevensi manusia. Pada DTA Pertanian, daya hantam air yang jatuh ketanah akan lebih tinggi dan menyebabkan erosi karena tidak terdapat tajuk yang dapat memperlambat air hujan. Daerah hulu DAS seharusnya memiliki tutupan tajuk pohon dan tumbuhan bawah yang rapat. Agar air hujan yang turun di hulu DAS tidak banyak yang menjadi aliran permukaan (runoff). Namun kenyataanya, daerah hulu DAS Serayu di Desa Penanggungan lebih banyak difungsikan sebagai area pertanian.


Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak dilakukan penghijauan berupa penanaman tanaman keras (pohon), maka dikhawatirkan akan terjadi defisit air di daerah Hulu DAS Serayu. Erosi yang terjadi di bagian hulu DAS Serayu yang dijadikan area pertanian juga akan semakin tinggi, karena tidak adanya penghambat energi kinetik hujan. Kemiringan lereng yang curam juga akan mempercepat terjadinya erosi. Apabila erosi tinggi, dikhawatirkan akan terjadi sedimentasi yang sangat merugikan di bagian tengah dan hilir DAS. Selain itu, hulu DAS Serayu merupakan pemasok air bagi Waduk Jendral Sudirman (Waduk Mrica) sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Indonesia Power. Apabila pasokan air terhambat oleh sediementasi di waduk, maka akan memicu terjadinya krisis energi listrik di wilayah sekitarnya.

Kondsi DTA Pada Bulan Agustus – Oktober (a) DTA Hutan Pinus, (b) DTA Pertanian

 

Kontributor : G. Mahendra
Editor : Heni P. Astuti

Leave a Comment